Pentingnya unsur tipografi dalam desain grafis memang belum banyak diketahui terutama di kalangan amatir. Padahal tipografi mempengaruhi keterbacaan, hierarki, dan pengenalan terhadap merek. Oleh karenanya, tipografi harus dipakai dalam desain grafis secara efektif untuk mencapai tujuan pemasaran Anda.
Tipografi bahkan dianggap sebagai prinsip dasar dari sebuah desain yang bagus. Dalam desain baik desain untuk cetak maupun desain web, tipografi membantu menyeimbangkan konten dan visual dari struktur visual desain Anda. Oleh karenanya, kenali unsur tipografi dalam desain grafis berikut ini agar audiens Anda dapat melakukan navigasi melalui konten yang ingin disampaikan.
Baca juga: 10 Pilihan Software Desain Grafis Terbaik Desktop dan Mobile
Unsur Tipografi dalam Desain Grafis
Dalam persaingan bisnis seperti saat ini, setiap merek harus memiliki identitas yang unik. Anda bisa mendapatkan perhatian pelanggan agar pesan dari merek yang Anda tawarkan tersampaikan. Agar tujuan ini tercapai, desainer grafis memanfaatkan unsur tipografi sebagai alat yang potensial untuk mengubah teks menjadi visual yang berdampak besar.
Inilah 8 unsur tipografi dalam desain grafis yang perlu Anda pahami.
1. Warna Kontras
Warna kontras dianggap sebagai konsep dasar, tetapi ada hal yang perlu diperhatikan saat memilih warna untuk tipografi dan desain keseluruhan. Salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan yaitu meletakkan teks hitam di atas latar putih sehingga terkesan terlalu kontras. Situs dengan desain terbaik, akan menempatkan teks hitam di atas latar abu-abu. Teknik ini bisa diterapkan untuk mengurangi kontras dan membuatnya lebih mudah dilihat.
Selain itu, warna kontras tidak dapat diciptakan dengan hanya memadukan dua warna berbeda. Perpaduan dua warna berbeda dengan value yang sama tidak berarti dapat memberikan warna kontras yang baik. Anda bisa mengunjungi checkmycolours.com untuk mengecek warna kontras di situs Anda.
2. Ukuran Font
Dalam desain cetak biasanya memakai font 10pt untuk body copy sedangkan untuk website memakai 13 pixels. Jika Anda memakai ukuran yang lebih kecil akan menyulitkan pembaca. Intinya, pikirkan audiens Anda saat mendesain website atau brosur. Jika audiens Anda berusia lebih tua, buatlah tipe font yang lebih besar.
3. Leading
Leading merupakan spasi di antara baris teks atau sering disebut dengan ketinggian baris. Tanpa spasi di antara baris sulit bagi audiens untuk membaca dan berpindah dari satu baris ke baris berikut. Terlalu banyak spasi juga akan mengakibatkan sebagian teks terasa membosankan saat dibaca.
Untuk desain cetak, standar leading adalah 120% dari ukuran poin font (10 point type/12 point leading, 12 point type/14.4 point leading). Demikian juga untuk desain web ketinggian yang cocok adalah sekitar 120%.
4. Kerning
Kerning juga dikenal sebagai spasi antar huruf dan karakter yang merupakan proses untuk menyesuaikan ruang antara karakter. Tujuan kerning adalah untuk mencapai tipe paragraf yang lebih seimbang dengan menyamakan tampilan spasi putih antar karakter. Kerning sangat penting dalam header dan paragraf tipe besar. Meskipun tidak terlalu penting dalam paragraf bertipe kecil, kerning akan sangat berguna saat Anda mencoba untuk mengurangi jeda baris dalam desain Anda.
5. Hierarki
Unsur tipografi dalam desain grafis yang tak kalah penting adalah hierarki. Hierarki akan mengarahkan pembaca untuk memperhatikan tajuk, subjudul, dan tipe isi sesuai pentingnya teks. Web desainer sering membuat hirarki tipografi dengan menggunakan tag <h1>, <h2>, dan seterusnya. Hierarki ini bukan hanya terkait masalah ukuran, tetapi lebih pada skil elemen tipografi yang terkait satu sama lain. Hierarki dapat dicapai dengan memakai jenis huruf yang berbeda, warna yang kontras, serta pemakaian ruang putih ataupun ukuran font yang tepat. Hierarki yang baik dapat dimulai dengan membuat sketsa aturan elemen visual dari yang terpenting hingga yang tidak penting.
6. Serif vs. Sans Serif
Para desainer cetak hingga kini masih memperdebatkan pemilihan font yang lebih mudah dibaca antara serif atau sans serif. Sebenarnya, belum ada bukti yang menunjukkan salah satu font tersebut lebih enak dibaca di media cetak. Sebagian orang menganggap font sans serif wajib dipakai untuk judul dan header. Sedangkan font serif dapat dipakai untuk body copy. Namun, sebagian orang justru menganggap sebaliknya.
Sementara itu untuk desain web umumnya telah disepakati bahwa font sans serif lebih mudah dibaca di layar sehingga wajib dipakai untuk penulisan sebagian besar teks di layar. Sedangkan font serif sebaiknya dipakai khususnya pada bagian judul dan header. Jika ragu, kunjungi Typetester.org sebagai tool untuk membandingkan tipografi Anda.
7. Whitespace
Spasi putih ini merupakan ruang antar elemen dalam sebuah komposisi. Ruang putih ini berperan agar tipografi dan elemen desain lainnya tidak padat dan terlalu berdekatan. Jika hal ini terjadi, konten Anda akan sulit dibaca.
8. Menggunakan Web Fonts
Saat ini tipografi di web semakin berkembang dengan adanya teknologi yang membuat end user bisa membaca font yang ingin Anda tampilkan. Sebagian orang memakai font-replacement, javascript atau WOFF. Anda juga bisa membeli fonts profesional dengan lisensi web dari berbagai distributor font online seperti myfonts.com, dan typotheque.com. Hampir semua situs tersebut menawarkan opsi lisensi untuk cetak dan web serta memberikan masa free trial. Selain itu, Google Web Fonts yang gratisan pun bisa dicoba.
Nah, demikian penjelasan lengkap tentang unsur tipografi dalam desain grafis. Jadi, sudah siap praktik memasukkan tipografi dalam desain grafis Anda?